ngacA yuk…mari….

Juni 8, 2011 pukul 10:30 pm | Ditulis dalam Aku dan Hari2ku, bahaN Introspeksi, Majlis Ilmu, Renungan | 17 Komentar


Bismillahirrahmaanirrohiem, bgitulah kita orang Islam ucapkan tiap kali hendak melakukan suatu amalan…
Zero to Hero…yach, inilah judul kitab kecil yang ada di sampingku, yang tlah menemani hari-hariku terakhir ini. Subhanallah tiap kali membacanya, kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, dan judul demi judul, selalu membuatku cemburu dengan apa yang dipaparkan di dalamnya, cemburu dengan mereka dikisahkan di dalamnya. beberapa kisah tentang Ulama-ulama pendahulu kita, mereka hidup dalam keterbatasan, kesempitan (duniawi) dan bahkan di bawah ancaman akan tetapi atsarnya (peninggalannya) masih terasa hingga sekarang dan generasi-generasi mendatang.
Kita ingat dengan pendahulu-pendahulu kita ktika ada dari mereka yang rela sampai tidur di masjid untuk mencari ilmu selama 30 tahun, dari mereka pula tak pernah terlambat TAKBIRATUL IHRAM dalam shalat selama 60 tahun, dan dari mereka pula rela berjalan sejauh 30.000 mil. untuk mendapatkan periwayatan hadits, Subhanallah!!!!
Lantas, sebenarnya apa yang menyebabkan kita tak dapat meraih peluang-peluang seperti mereka????…nastaghfirullahal ‘adhiem min kulli dzanbin ‘adhiem…
yach, Faktor utama yang menyebabkan kita tak dapat meraih peluang sebagaimana yang tlah mereka raih adalah, tatkala kita sering menunda-nunda suatu pekerjaan. Lebih dari itu, karena masih banyaknya maksiat dan amalan-amalan buruk yang kita lakukan selama ini…(Allahummaghfirlanaa dzunuubanaa…)
Seringkali timbul satu pernyataan dalam diriku yang mengandung penyesalan dan kesedihan, bila diungkap
mungkin demikian…
“”TRUS HINGGA BAhaGIAN UMURKU YANG UDAH TERKURANGI 20 SEKIAN TAHUN INI, APA YANG UDAH ANE LAKUKAN DAN KEMUDIAN DAPAT BERMANFAAT DI KEMUDIAN HARI, UNTUK GENERASI PENERUS ????!!!!””
Semoga perasaan dan ungkapan kesedihan ini tidak hanya terselip dan terbersit dalam pikiran dan hati sahaja, bahkan lebih dari itu aku sangat berharap mudah-mudahan Allah lembutkan dan bimbing hatiku meniti jalan yang Ia Redhai, tak lagi berterusan berada pada kubangan maksiat dan dosa.
“” أَللّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ “” ^Ya Allah, tolonglah hamba agar sentiasa mengingatmu bersyukur (atas nikmat-nikmatMu), dan (mampu) membaguskan peribadatan kepadaMu^ amien…
Begitulah, sifat kebiasaan manusia. Jauh-jauh hari sebelum kita hidup, Rasul udah dapat membaca (biidznillaah) bagaimana keadaan umat Beliau sepeninggalnya.
Hingga dalam suatu hadits, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda (sedangkan beliau sendiri adalah orang yang jujur dan terpercaya, lihat hd. keempat dari kitab Arba’in an nawawiyyah):

    *Raihlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara:
    1. Hidupmu sebelum matimu
    2. Sehatmu sebelum sakitmu
    3. Masa luangmu sebelum masa Sempitmu
    4. masa Mudamu sebelum masa Tuamu, dan
    5. Kayamu sebelum Miskinmu.
    (riwayat Ibnu ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma, Al-Albani menuliskannya dalam kitab Shahihu Jami’ush Shoghir karya beliau pd hal. 11088)

ane yakin haqqul yakin, bahwa kebanyakan kita atau bahkan hampir tiap manusia udah ga asing lagi dengan nasehat-nasehat Beliau di atas. Bahkan grup Nasyid Raihan asal Malaysia pun, tak mahu kalah tuk mendendangkannya…( wew ko tau nasyid yaa???….). tapi sudahkan kita menghayati betul-betul dan kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari????..Yuk mari bermuhasabah…selagi matahari masih terbit dari Timur dan tidak terbit dari tempat tenggelamnya..*nastaghfirullah*
Tentu tiap dari kita Berharap, semoga dengan mau’idloh (nasehat/ wejangan) Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, tergeraklah hati kita untuk tidak lagi menyiakan waktu yang ada, justru sebaliknya, kita pastikan tiap detik yang telah dan akan kita lalui harus mengandung kebaikan, pahala, karya dan sedekah di dalamnya.
Allahumma taqobbal minnaa innaKa antas Samii’ul ‘aliem wa tub ‘alainaa innaKa Antat-Tawwaabur-Rohiem…

Bunga, Lebah, dan Persahabatan

Mei 24, 2011 pukul 11:04 pm | Ditulis dalam bahaN Introspeksi, Mutiara Hikmah, Renungan | 5 Komentar


Sekuntum bunga di suatu Senja,
tak kan layu dan mati
Melainkan ia tetap indah dan harum
meskipun malam Mengelaminya,
kecuali klo ajal mendatanginya….

Subhanallah, yaa Jamaalah haadzihiz zahroh…(mahaSuci Allah, alangkah indahnya bunga ini), kira-kira ungkapan inilah yang biasa orang ucapkan ktika melihat sekuntum bunga yang Cantik…
Ikhwatii, yuk mari kita cari bunga yang paling indah masih suatu pohon (mnurut masing-masing kita ajalah), lalu klo udah dapet, coba perhatikan
dengan seksama alam sekitarnya, di manakah letak bunga itu, apakah berada di tengah tumpukan sampah? atokah berada di tumpukan tanah yang baik lagi subur?… Lalu, perhatikan
tuk kedua kalinya tanpa sedikitpun kau menyentuh bunga tersebut… tunggu beberapa waktu, apa yang terjadi… hewan apakah yang hinggap pada bunga tersebut?… adakah LALAT (hewan yang biasa kita dapatkan di tempat-tempat kotor)
hinggap pada bunga tersebut?… hampir tak khan kita dapati lalat hinggap pada suatu bunga, terkecuali bunga yang udah layu dan busuk. Sebaliknya niscaya kan kita dapati adalah bahwa bunga yang indah itu
akan dihinggapi oleh beberapa ekor lebah tuk mengambil sesuatu yang baik dari bunga itu, yang sering kita dengar dengan sebutan SARIPATI bunga.
Akan tetapi, sekuntum bunga yang indah tak jarang pula mempunyai duri yang seringkali membahayakan segala sesuatu yang dekat dengannya. Perlu kita ketahui, bahwa duri-duri itu tidak bermaksud tuk menyakiti makhluq selainnya, tetapi hanyalah supaya
keindahan bunga itu tetap terjaga. Coba, klo sekuntum bunga itu tak mempunyai duri, maka ianya akan mudah dipetik oleh manusia kemudian dicampakkan di sembarang tempat.

Dengan ‘ibaroh (perumpamaan) di atas, tentunya kita dapat memahami apabila dikaitkan dengan suatu PERSAHABATAN.
yakni, dalam kita bersahabat, hendaknya kita bersahabat dengan teman yang baik, dan tempat berkunjung orang baik pun..pasti tempat yang baik pula…dan sudah pasti, bahwa perbuatan mereka pun baik-baik.
Dan semua itu, niscaya menghasilkan persahabatan yang baik, persahabatan kita tidak sia-sia…bahkan akan menghasilkan suatu karya yang baik dan bermanfaat.

Adapun, tentang duri yang dimiliki oleh bunga itu, ibarat NASEHAT yang sentiasa kita siapkan tuk orang lain dan tuk kita sendiri. Yakni, manakala ada teman yang bersikap kurang baik, khilaf maka dengan Tegas kita tegur dan mengajaknya mnuju kebaikan.
Begitu juga, klo ada teman yang mengajak kita pada perbuatan yang tidak dibenarkan Agama, maka mesti kita katakan *TIDAK* untuk perbuatan itu.

^in my Inspirated room, beberapa saat sebelum mata ni terpejam…^ May 2011….

Abi…Ummi.., tanamkan tauhid semenjak ia kecil…

November 16, 2009 pukul 5:21 am | Ditulis dalam Uncategorized | 34 Komentar

sembu'

  • “Dan Ingatlah, tatkala Luqman (Al-Hakiem) berkata kepada anaknya seraya menasehatinya:”Hai Anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah kerana sesungguhnya menyekutukan Allah itu sungguh merupakan kedholiman yang besar…”(QS. Luqman:13)
  • Maasyaallah…inilah nasehat Luqman kepada anak-anaknya…

    Itulah sebabnya, menanamkan ajaran Tauhid adalah kewajiban paling utama setiap orang tua. Bukan sekedar ucap Lisan yang kemudian nempel di dalam hati, namun lebih dari itu… Meronai dalam segala aspek kehidupan si anak.
    dan kerana hadits nabi yang menegaskan, bahwa
    “kullu mauuluudin yuuladu ‘alal Fitroh, fa abawaahul ladzii yuhawwidaanihi au Yunashshiroonihi..”
    tiap “yang dilahirkan”/ anak/ bayi, pasti ia dalam keadaan Fitroh; suci…maka (setelah itu) kedua orang tua-nyalah yang me-Yahudikannya atopun me-Nashranikannya…
    Dari hadits di atas dapat diambil I’tibar, bahwa keselamatan dunia akhirat si anak, pada Mulanya dibebankan pada dua ortunya, klo keduanya mendidik dg didikan yang baik, maka diharapkan (besar harapan) ia akan menjadi baik, dan berakhir pada kebaikan pula; Husnul Khotimah.

    Allahummaa innaa nas-aluKa husnal Khootimah, wa na’uudzubiKa min suu-il khootimah…

    yuk mawas diri…

    Oktober 30, 2009 pukul 5:43 am | Ditulis dalam Uncategorized | 5 Komentar

    Q dan temen2 menuruni Gunung Lawu-Karanganyar-Jateng

    Perbukitan..walopun ianya tinggi, tapi tidaklah ianya bersikap Sombong..masyaallah


    Tawadhu’lah sepertimana Bintang di atas langit yang berkerlip tiada henti…
    Di atas air ia Nampak Dekat…
    Padahal ia tinggi sekali…
    Dan jangan seperti asap yang membumbung…
    Menembus awan membanggakan diri…
    Padahal ianya rendah tiada Arti…

    masyaallah….satu kata yang menghantarkan manusia pada kasih sayang dari Allah, juga cinta kasih serta rasa empati bagi para Pemiliknya dari manusia…
    ianya tak dapat diganti dengan materi, berapapun banyaknya…
    ianya tak dimiliki kecuali orang yang Allah berkehendak padanya…
    ianya merupakan washiat para nabi pada keluarganya…
    ianya kan jauhkan manusia dari panasnya Api neraka, serta adzab Allah akan dahsyatnya…

    Ya Allah, berikanlah sifat Agung nan Mulia ini pada hamba yang amat Dlo’if …

    haqiqat standar kemuliaan (mnurut pandangan Al-Islam)

    Juli 23, 2009 pukul 12:55 am | Ditulis dalam bahaN Introspeksi, Renungan | 12 Komentar

    insan b'takwa
    bismillah….
    dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, Dia-lah Dzat Yang membolak-balikkan hati manusia, Dia-lah Dzat yang Memiliki segalanya; baik yang ada di bumi dan langit, maupun segala sesuatu yang ada di antara keduanya…
    mari kita ingat kembali apa yang Allah firmankan dalam kitab Suci Al-Quran yang ertinya

      “Sesungguhnya (orang) yang paling mulia di hadapan Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian”

    Benar Firman Allah di atas…!
    tapi, perlu diingat, bahwa kebanyakan dari manusia (uvi juga termasuk manusia) memandang seseorang dari segi DLOHIRNYA saja..!
    seseorang mo menghargai orang lain, bilamana ia kliatan “kaya”- berduit, menjabat sebagai Penguasa atopun segala hal yang menyangkut sisi-sisi KEDUNIAAN…
    cuba kita buka kembali Sieroh sahabat Rosulullah…! di 14 abad yang lalu..!
    Ketika Umar bin Khatthab menjabat sebagai Amiirul Mukminin, datanglah beberapa sahabat ke rumah beliau, mereka adalah Abu Sufyan bin Harb, Al-Absyama, Suhail bin ‘Amr, Al-Harits bin Hisyam, BILAL bin ROBAH, Shuhaib bin Ar-Rumi, Salman Al-Farisi dan Ibnu Mas’ud. Mereka semua datang ke rumah beliau Amirul Mukminin meminta izin tuk menemuinya.
    Lalu Umar berkata, “Izinkan BILAL bin ROBAH tuk masuk.” Maka Bilal mengetuk pintu lalu masuk. Giliran berikutnya adalah Shuhaib, Salman dan Ibnu Mas’ud. Ktika itu Abu Sufyan berkata di saat hidungnya telah memerah menahan amarahnya “Demi Allah yang tiada sesembahan selain Dia, aku tidak mengira Umar akan MENGAKHIRKANKU sampai mereka itu masuk sebelum aku..!”
    Mari kita lihat bersama, btapa Umar menilai standar kemuliaan seseorang dengan kacamata agama, bukan kacamata dunia. Umar memuliakan BILAL bin ROBAH, walau dia hanyalah bekas budak Habsyi yang hitam kulitnya dan buruk rupa wajahnya. Hal ini tiada lain dikarenakan dia adalah Muadzin Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam sekaligus salah seorang sahabat yang dijamin masuk Surga oleh Beliau. Umar bin Khatthab menempatkan Abu Sufyan di deretan belakang padahal dia adalah Pembesar Quraisy sekaligus mantan Pemimpin Makkah, kerana dia adalah sahabat yang masuk Islam belakangan. Dia masuk Islam ketika terjadinya “FATHU MAKKAH”.
    dari sini, mari kita camkan baik-baik….
    Acapkali manusia (uvi juga manusia) melihat sesamanya dengan memperhatikan KEBESARAN DUNIAWI yang ada pada dirinya. Seseorang DIHORMATI karena KEDUDUKANNYA sebagai PEJABAT walau sebenarnya sering BERTINDAK JAHAT, dihormati karena BERPANGKAT UTAMA meski nyatanya tidak BERAKHLAQ MULIA, dihargai kerana KAYA RAYA walau sentiasa BERTINDAK LALIM dengan HARTANYA.
    oleh kerana itu, mari kita berdo’a kepada Allah agar diberi kemudahan tuk mengikuti Sunnah Rasulullah dan Atsar para Shohabat. Dalam Hal ini BAGAIMANA KITA MENILAI STANDAR KEMULIAAN SESEORANG.
    Barangkali standar kemuliaan memang sudah berubah, sehingga kita sulit menemukan sosok semisal Umar bin Khatthab di abad 21 ini.
    -sebagian inti tulisan dikutip dari karya Ust. Erwan roihan-

    jangan jadi kek Srigala..”pesen Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam..

    Juli 14, 2009 pukul 4:24 am | Ditulis dalam bahaN Introspeksi, Nyantai-Rohah | 9 Komentar

    serigal....ak
    bismillah….
    kaifaa haalukum ikhwatii abis contrengan Pilpres..(walhamdulillah Allah lindungi aku dari ikut-ikutan hal yang uda jelas asal-usulnya dari barat; sistim Democrazy yang notabenenya merupakan sistim di luar tatanan Islam..)
    ikhwati..dah sama kita ketahui bahwa salah satu kodrat manusia adalah cenderung pada Kekuasaan dan ketenaran (tentunya illa man Rohima Robbuh..).
    Dapat kita ambil contoh apa yang telah lewat pada hari-hari kemaren, ketika “penggede” Negri ini pada mencalonkan dirinya tuk jadi pemimpin..dengan ertian mereka inginkan kekuasaan ada pada diri mereka. coba mari kita pikirkan dengan akal sehat kita (sebagai manusia), bahwa Pemimpin berarti dia akan menanggung beban yang diamanatkan rakyat pada dirinya…(masyaallah, pa ya pada kuat yak????).
    Padahal….sebagaimana yang telah sama kita ketahui, bahwa setelah mereka terpilih, buktinya…..???? (hanya isapan jempol belaka, apa yang telah mereka janjikan sewaktu kampanye…) baik, mari Kita ambil contoh; sekolah Gratis, harga bahan Pangan turun; BBM turun harga, de el el…
    eeee..secara kita rasakan ato tidak, itu merupakan tipuan belaka (kok bisa..?!)
    liat ajha, di sana-sini ada pajak, klo teralambat bayar pajak kena denda, dan lain sebagainya.
    Belum laghi, nanti klo tiba masanya gajian, yang katanya wakil Rakyat (“pembantu” rakyat) minta gaji seenaknya, mana ada “pembantu” yang minta gaji dan menetapkan jumlah gaji menurut kemauannya, klo bukan “wakil Rakyat..” para Pemimpin Negri Dagelan ini????! (ane jamin tak ada…..wallahu a’lam)
    perlu diingat…
    bahwa HAUS dan CINTA kedudukan akan membinasakan manusia, sementara di lain masa bahwa ambisi ketenaran sama dengan benih-benih yang akan menyemai “marabahaya” bagi kehidupan dunia wal aakhirat…(kecuali pabila Allah sendiri yang Menganugerahkan ketenaran dan kemasyhuran tersebut..)
    mari kita renungkan Firman Allah yang artinya:
    “…Negri Akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan” (QS. Al-Qashash : 83)
    Selain itu semua, di lain tempat Rasulullah pernah bersabda tentang hal ini; yang bererti
    ” Dua serigala buas di tengah sekumpulan domba, tidak lebih membinasakan agama seorang muslim daripada cinta kedudukan dan harta yang ada”
    dan akhirnya dapat kita simpulkan…
    bahwa Cinta jabatan, tahta, dan kepemimpinan akan mendorong seseorang tuk berbuat apa saja; yang haram diterjang, syari’at Allah dilanggar, hak orang lain dilecehkan, atopun segala hal lainnya demi menjadikan dirinya seorang Pemimpin dan Ketua..! Kecenderungan pada itu semua akan mendorong seseorang nekat menghadapi berbagai rintangan bahkan tantangan sekalipun, asalkan tujuan nafsunya tercapai..!
    dengan kata lain, barangsiapa yang hatinya dikuasai kecintaan terhadap kepemimpinan dan kedudukan, maka segala daya dan upaya kan dikerahkan tuk menjaga wibawanya di mata manusia, acap berbuat riya’, menampakkan persaudaraan dalam berucap dan berbuat, SERAYA BERHARAP KEDUDUKANNYA TERUS MERANGKAK NAIK KE ATAS…(hingga pada akhirnya maut kan menjemputnya..Na’uudzubillah min syarri dzaalik..)
    Demi menarik simpati manusia, ia sentiasa siap sedia tuk mlakukan kemaksiatan dan perbuatan haram sekalipun..(Na’uudzubillah..). Karenanya, tak berlebihan klo Rasulullah mengibaratkan orang yang CINTA kedudukan dan harta lebih MERUSAK DARIPADA DUA EKOR SERIGALA…

    oleh kerananya, mari kita sentiasa berlindung kepada Allah agar dijauhkan dari Sifat-sifat yang tak terpuji, bahkan tercela…!

    semoga Allah karuniakan pada kita sifat-sifat mamduuhah (terpuji), bukan sifat-sifat Madzmuumah (tercela)..amien….
    walhamdulillahiRobbil ‘aalamien….

    Laman Berikutnya »

    Blog di WordPress.com.
    Entries dan komentar feeds.